Kamis, 30 Juni 2016

Menjadi Dewasa

“Di Mana Kaki Berpijak, Di Situ Langit Dijunjung”

Ada seorang yang mengatakan, kita tak akan pernah bisa mengatur lingkungan untuk berpikir sesuai keinginan kita. Lingkungan akan selalu memiliki pandangan dan pendapat tersendiri terhadap kita tanpa bisa kita atur dan batasi. Kemudian kesimpulan yang muncul adalah bukan lingkungan ynang harus mengikuti kita, tapi kita yang harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bukan lingkungan yang kemudian dapat kita bentuk sesuai keinginan kita, tapi kita yang dibentuk oleh lingkungan.

Fakta yang telah ada membuktikan bahwa manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari pengaruh lingkungan, meskipun di beberapa kasus ada beberapa manusia yang dapat mempengaruhi lingkungan. Hukum alam yang menyatakan bahwa manusia akan mengalami masa di mana mereka akan terjun dengan gaya bebas ke sebuah lingkungan, lingkungan yang ganas dengan segala bentuk keganasannya seolah sudah menjadi sebuah kepastian untuk setiap manusia yang mendapatkan keberuntungan umur panjang dan berhasil memasuki tahapan bernama kedewasaan

Menjadi Tua Itu Pasti, Menjadi Dewasa Itu Pilihan.

Sebuah ungkapan yang sudah merakyat dan biasa, namun tak banyak yang mengetahui makna sebenarnya dari sebuah kata bernama “dewasa”. Dalam undang-undang, dewasa disebut sebagai orang yang telah menghabiskan waktunya selama lebih dari 17 tahun. Dalam aturan lain disebutkan dewasa adalah mereka yang telah mengalami masa pubertas, semacam tanda psikologis dan fisik yang menunjukkan kedewasaan. Bahkan di pendapat lain pun ada yang menyatakan bahwa dewasa adalah mereka yang telah siap menghadapi lingkungan secara jantan, mengetahui  aturan permainan untuk menjadi orang dewasa di lingkungan.

Dewasa dan menjadi dewasa bagi sebagian besar manusia dianggap sebagai fase terpenting dalam kehidupan setiap orang. Pada fase ini, mereka akan menentukan jalan hidup yang mereka pilih. Menjadi orang dewasa yang biasa saja, patuh terhadap peraturan lingkungan, hidup nyaman dengan kepuasan yang pas-pasan atau menjadi dewasa dengan perjuangan, dewasa gris keras, pelaku perubahan, dan bahkan menjadi orang dewasa yang berkuasa.

Dalam sebuah lingkungan, ada semacam peraturan tak tertulis yang sudah lama diyakini keberadaannya. Peraturan yang menyatakan bahwa mereka –para manusia yang menyatakan diri telah dewasa- dan siap terjun ke sebuah lingkungan bernama masyarakat akan bertemu dengan kenyataan bahwa menjadi dewasa itu bukanlah hal yang mudah. Menjadi dewasa itu berarti harus siap untuk menjadi pemimpin maupun menjadi orang yang dipimpin. Bagi mereka yang telah terjun ke dalam lingkungan masyarakat, menjadi dewasa itu hanya mempunyai dua pilihan :

Menjadi orang yang melakukan perubahan atau orang yang ikut dalam arus perubahan.

Bagi mereka yang tidak mempunyai cukup keberanian, menjadi pengikut dalam sebuah arus social masyarakat adalah pilihan yang mutlak. Merekalah yang sekarang menjadi orang orang yang disuruh dan berada di level rendah. Mereka yang terlalu takut untuk leuar dari zona nyaman karena menyadari kekurangsiapan mereka menghadapi hidup bermsayarakat. Mereka inilah orang orang dewasa yang selalu ikut dalam arus perubahan, kehilangan prinsip hidup, dan tidak berani untuk tampil ke depan. Mereka meyakini bahwa dalam hidup bermasyarkat, hanya ada dua pilihan, menjadi pemimpin atau menjadi orang yang dpimpin, dan mereka memlih untuk menjadi seorang yang dipimpin.

Ada pula manusia yang kemudian sangat berani. Mereka inilah yang terjun ke masyarakat dengan bekal yang memadai. Otak cemerlang, kemampuan yang handal, wajah yang rupwan, dan kedudukan yang tak tergyahkan. Mereka yang kemudian mempunyai keberanian karena segala sesuatu  yang seakan menjadi peindung mereka : kekayaan, kedudukan, kehormatan.Mereka siap menjadi dewasa, tapi tak sedikit dari mereka yang kemudian lupa arti dan makna sebenarnya dari menjadi dewasa. Mereka yang kemudiandengan sukses berhasil menjadi orang dewasa yang berkuasa, yang dengan perkataan mampu membuat kebijakan maupun mengubah peraturan sesuai keinginan jidat mereka, mereka yang menganggap bahwa menjadi dewasa adalah memilih untuk menjadi pemimpin atau menjadi orang yang dipimpn. Mereka yang siap menjadi seorang pemimpin tanpa siap menjadi seorang yang dipimpin, pada akhirnya, mereka pun gagal menjadi orang dewasa dan terlempar ke dalam sekumpulan orang dewasa dengan mental ciut.

Dua golongan itu bukanlah manusia dewasa yang sebenarnya. Menjadi dewasa bukan tentang menjadi pemimpin atau yang dipimpin, bukan tentang siapa yang behak menjadi leader atau follower. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjaid seorang pemimpin maupun orang yang dipimpin. Menjadi dewasa tidak hanya butuh kesiapan untuk memimpin, tapi juga dipimpin. Menjadi dewasa adalah mengetahui waktu dan tempat yang tepat untuk memimpin atau mematuhi perturan yang ada. Saat inilah peribahasa “Di mana kaki berpijak, di sittu langit dijunjung” dapat diterapkan. Tidak serta merta kita harus selalu taat terhadap peraturan yang telah diterapkan di lingkungan masyarakat tempat kita hidup, tetapi ketika peraturan itu tidak sesuai dengan norma yang ada, sebagai orang dewasa, kita pantas dan wajib untuk mengubahnya. Sebaliknya, saat kita berada di lingkungan dengan peraturan yang telah sesuai, sebagai seorang dewasa, kita pun harus sip untuk memtuhinya, menjadi seorang follower yang setia.

Inti dari semua ini adalah bahwasanya menjadi dewasa adalah mempunyai kesiapan. Kesiapan untuk menjadi seoang leader maupun follower. Dua hal ini tidak akan pernah bisa terpisahkan dan selalu hidup berdampingan di dalam hati setiap manusia. Ya, sebagai manusia kita memiliki Tuhan sebagai “pemimpin” yang harus selalu kita patuhi, namun sebagai manusia kita pun adalah pemimpin untuk setiap diri kita sendiri.

Ketika kita telah berhasil menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri maka kita pun telah siap untuk menjadi seorang pemimpin untuk orang lain. Ketika kita selalu berusaha untuk menataati segala peraturan yang telah ditetapkan olehNya, maka kita pun telah berhasil untuk menjadi seorang hamba. Fakta menatakan bahwa menjadi seornag yang dipimpin ternyata lebih dulit dilakukan daripada menjadi seorang pemimpin, sebagaimana menjadi pendengar lebih sulit dilakukan daripada menjadi orang yang berbicara. Pada akhirnya, menjadi dewasa itu adalah siap untuk menjadi seorang yang dipimpin maupun seorang pemimpin. Dua hal itu memerlukan sebuah latihan yang panjang di semua tahapan dari kehidupan.

Dewasa yang sempurna adalah saat kita telah siap untuk menjadi seorang leader maupun follower. Dewasa yang sempurna adalah saat kita dapat membedakan waktu dan tempat yang tepat untuk menjadi orang yang ikut dalam perubahan atau orang yang berani melakukan sebuah perubahan.

Segera Hubungi Kami
Faid (Marketing PT.Karunia Mandiri Consultant)
Email : karunia_mandiri@yahoo.com
Telp : (031) 8705532
No Hp : 08123120611 / 085733044012
atau di lokasi PT. Karunia Mandiri Consultant
jln. Kedung Asem No 47 Rungkut Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar