Mahasiswa semeser tua umumnya dihadapkan pada satu permasalahan besar. Tidak lain dan tidak bukan adalah tugas akhir atau skripsi untuk mahasiswa yang menempuh program Sarjana. Untuk menyelesaikan skripsi, seorang mahasiswa tidak bisa mengerjakannya dalam waktu semalam suntuk atau SKS (Sistem Kebut Semalam) seperti mengerjakan tugas kuliah biasa. Mahasiswa yang menyelesaikan skripsi harus menempuh beberapa tahapan penting, antara lain penulisan proposal penelitian, presentasi dalam seminar proposal, pengambilan data, proses penulisan, ujian, revisi dan tahap penyelesaian.
Untuk melewati tahapan-tahapan tersebut, seorang mahasiswa memerlukan bimbingan khusus. Nah bimbingan tersebut disediakan oleh dosen pembimbing. Umumnya, seorang mahasiswa memiliki 2 dosen pembimbing. Dosen pembimbing tersebut nantinya akan mengarahkan mahasiswa dalam penulisan skripsi agar dihasilkan karya tulisan yang berkualitas. Beberapa tipe dosen pembimbing sering dialami oleh mahasiswa.
Tipe pertama adalah adanya dosen pembimbing yang ingin sekali mahasiswanya menghasilkan karya yang benar-benar baik, telah sesuai standar nasional bahkan internasional. Penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan hal yang baru di dunia penelitian. Dosen pembimbing seperti ini maksudnya memang baik. Mahasiswa yang dibimbing akan bekerja dengan optimal dan berusaha semaksimal mungkin. Meskipun begitu, mahasiswa yang mendapat dosen pembimbing seperti ini banyak yang mengeluh karena sudah terlalu lama untuk melakukan revisi dan tidak jarang lulus dengan waktu yang cukup lama. Menurut saya, metode bimbingan dari dosen seperti ini sebenarnya bagus. Namun hal ini mungkin dapat diterapkan untuk mahasiswa S2 atau S3 yang telah terlatih dalam melakukan penelitian. Untuk tingkatan S1 sebenarnya karena masih belajar untuk melakukan penelitian, maka metode ini saya rasa masih belum waktunya.
Tipe kedua adalah dosen yang sangat berpegang pada prinsip. Tipe ini menjadi masalah apabila kedua dosen prinsip memiliki prinsip kuat, sering menimbulkan kebingungan mahasiswa. Jika seorang mahasiswa telah merevisi tulisannya hasil dari pembimbing pertama, tak jarang tulisannya tersebut dirombak total oleh pembimbing kedua. Akhirnya mahasiswa tersebut kebingungan.
Tipe dosen selanjutnya adalah tipe dosen pembimbing yang cuek dengan mahasiswa bimbingannya. Tipe dosen seperti ini sangat sulit ditemui, dan jika mahasiswa menemui kesulitan sang dosen tidak dapat menjawab kesulitan dengan baik. Atau, sang dosen sebenarnya sudah menerangkan dengan baik, karena kurang jelasnya penjelasan maka mahasiswa bimbingannya sering mendapat kebingungan. Data pengamatan yang diambil akan banyak kesalahan. Di sinilah pentingnya dosen pembimbing lain yang lebih menjelaskan dan mengarahkan mahasiswanya agar tidak tersesat.
Tipe dosen terakhir adalah dosen yang kooperatif. Sang dosen akan mengarahkan mahasiswa untuk melakukan penelitian sesuai kemampuan mahasiswa tersebut. Tentunya dosen tersebut telah mengetahui kemampuan mahasiswa dari beberapa tahapan yang telah dilalui. Kedua dosen akan membagi tugas untuk mengarahkan mahasiswanya. Misalnya dosen pertama akan membimbing mahasiswa di dalam memillih metode penelitian dan pengambilan data. Dosen yang kedua akan membimbing mahasiswa lebih banyak ke dalam pembahasan. Meskipun dosen dengan tipe seperti ini kadang-kadang menimbulkan kerancuan antara data dengan pembahasan, namun dengan proses bimbingan yang lebih intensif maka masalah tersebut dapat diatasi.
0 komentar:
Posting Komentar